Engel

Engel
Bingo

Senin, 22 Desember 2014

Makalah Hadist-hadist Sufistik



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Kita semua tahu bahwa ada orang yang mudah merasa jengkel, yang mudah kehilangan kesabaran dan mudah marah. Di dalam dunia yang serba cepat seperti sekarang, menunggu seseorang bisa menjadi sangat menjengkelkan. Kita hidup di dalam masyarakat yang menginginkan kesenangan instan dimana ketidaksabara, ketidak toleransian, sensitive yang berlebihan dan kemarahan yang impulsive menjadi begitu lazim. Kesabarab memberikan sebuah contoh yang ilahi bagi orang lain. di dalam jaman yang penuh yang penuh dengan pengharapan instan dan tekanan, kesabaran kita terhadap orang lain memisahkan kita dari dunia ini. Mengembangkan kesabaran demi menghasilkan kehidupan yang berbuah dengan terus berhubungan dengan tuhan, hal ini membutuhkan usaha dari diri kita dan kerjasama dengan apa yang Tuhan akan lakukan. Seseorang bisa menjadi sabar jika dia memahami apa yang sedang terjadi didalam situasi tertentu. Ketidak tahuan menghasilkan ketidak sabaran. Maka dari itu, dalam makalah ini kami akan membahas tentang “sabar” sehingga kita dapat mengetahui bagaimana sabar yang sebenarnya.   
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian dari sabar ?
2.      bagaimana pemahaman tentang sabar ?
3.      Bagaimana Urgensi tentang sabar ?
C.  Tujuan
1.      Untuk mengetahui bagaimana pengertian dari sabar.
2.      Untuk mengetahui bagaimana pemahaman sabar dalam hadis.
3.      Untuk mengetahui bagaimana urgensi tentang sabar.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Sabar dalam Hadits
Kata sabar berasal dari bahasa arab “Shobaro” yang kemudian di masdarkan menjadi “Shabran”. Sedangkan dari segi bahasa sabar bermakna menahan dan mencegah. Adapun pengertian sabar menurut istilah yaitu menahan diri dari sifat gundah dan emosi, serta menahan lidah dari keluh kesah dan menahan anggota tubuh dari perbuatan yang tak terarah. Sabar menurut Amru bin Usman adalah keteguhan bersama Allah dan menerima ujian dari-Nya dengan penuh lapang dan ketenangan.
Rasulullah pernah memerintahkan ummatnya untuk bersabar, yaitu bersabar ketika berjihad, yang mana jihad disini dimaksudkan yaitu memerangi musuh-musuh Allah, yang dalam klimaksnya menggunakan senjata (perang). Sehingga sabar dalam kategori jihad disini juga berarti keteguhan untuk menghadapi musuh, serta tidak lari dari peperangan. Seperti halnya hadits dibawah ini:
وعن أبي إبراهيم عبد الله بن أبي أوفى رضي الله عنهما أن رسول الله صلى الله عليه وسلم في بعض أيامه التي لقي فيها العدو، انتظر حتى إذا مالت الشمس قام فيهم فقال‏:‏ ‏"‏ يا أيها الناس لا تتمنوا لقاء العدو، واسألوا الله العافية، فإذا لقيتموهم فاصبروا، واعلموا أن الجنة تحت ظلال السيوف‏"‏ ثم قال النبي صلى الله عليه وسلم ‏:‏ ‏"‏ اللهم منزل الكتاب ومجري السحاب ، وهازم الأحزاب، اهزمهم وانصرنا عليهم‏"‏ ‏(‏‏(‏متفق عليه‏)‏‏)‏ وبالله التوفيق‏.‏
 Dari Abu Ibrahim, yaitu Abdullah bin Abu Aufa radhiallahu 'anhuma bahwa Rasulullah s.a.w. pada suatu hari di waktu beliau itu bertemu dengan musuh, beliau menantikan sehingga matahari condong - hendak terbenam - beliau lalu berdiri di muka orang banyak kemudian bersabda:
"Hai sekalian manusia, janganlah engkau semua mengharap-harapkan bertemu musuh dan mohonlah kepada Allah akan keselamatan. Tetapi jikalau engkau semua menemui musuh itu, maka bersabarlah. Ketahuilah olehmu semua bahawasanya syurga itu ada di bawah naungan pedang."
Selanjutnya Nabi s.a.w. bersabda: "Ya Allah yang menurunkan kitab, yang menjalankan awan, Yang menghancur-leburkan gabungan pasukan musuh. Hancur leburkanlah mereka itu dan berilah kita semua kemenangan atas mereka." (Muttafaq 'alaih) Wabillahittaufiq (Dan dengan Allah itulah adanya pertolongan).
Keterangan:
Dalam mengulas sabda Rasulullah s.a.w. yang berbunyi:
"Syurga itu ada di bawah naungan pedang." Imam al-Qurthubi berkata:
"Ucapan itu adalah suatu petanda betapa indahnya susunan kalimat yang digunakan oleh Rasulullah s.a.w. Sedikit kata-katanya, tetapi luas pengertiannya. Maksudnya iaiah bahwa letak syurga itu dengan memberikan perlawanan kepada musuh, manakala mereka telah memulai menyerang kedudukan kita. Jika sudah dalam keadaan tersepit dan musuh sudah menyerbu dekat sekali dengan tempat pertahanan kita, maka tiada jalan lain, kecuali dengan beradu kekuatan, yakni pedanglah yang wajib digunakan untuk penyelesaian, menang atau kalah. Jika pedang kaum Muslimin sudah beradu dengan pedang musuh, masing-masing pihak menangkis serangan musuhnya, pedang meninggi dan merendah, sampai-sampai bayangannya nampak jelas. Naungan pedang itulah yang menyebabkan kaum Muslimin akan memperolehi kebahagiaan dalam dua keadaan:
a) Jika kalah dan mati, gugurlah sebagai pejuang syahid dan pasti masuk syurga tanpa dihisab. Di kalangan ummat pun menjadi harum namanya.
b) Jika menang dan selamat sampai dapat kembali ke rumah ia juga akan merasakan kenikmatan syurga dunia, hidup dalam keluhuran dan kejayaan.
Adapun beberapa periwayatan hadis diataranya:
1.      Riwayat Al-Bukhori
وعَنْ أبي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أن رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم قال: <يقول اللَّه تعالى: ما لعبدي المؤمِنْ عندي جزاء إذا قبضت صفيه مِنْ أهل الدنيا ثم احتسبه إلا الجنة> رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ
Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasululiah s.a.w. bersabda: “Allah Ta’ala berfirman:“Tidak ada balasan bagi seseorang hambaKu yang mu’min di sisiKu, di waktu Aku mengambil – mematikan – kekasihnya dari ahli dunia, kemudian ia mengharapkan keridhaan Allah, melainkan orang itu akan mendapatkan syurga.” (Riwayat Bukhari)
2.      Riwayat Muslim
Dari Suhaib ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sungguh menakjubkan perkaranya orang yang beriman, karena segala urusannya adalah baik baginya. Dan hal yang demikian itu tidak akan terdapat kecuali hanya pada orang mu'min: Yaitu jika ia mendapatkan kebahagiaan, ia bersyukur, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan yang terbaik untuknya. Dan jika ia tertimpa musibah, ia bersabar, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik bagi dirinya." (HR. Muslim)
Hadits ini merupakan hadits shahih dengan sanad sebagaimana di atas, melalui jalur Tsabit dari Abdurrahman bin Abi Laila, dari Suhaib dari Rasulullah SAW, diriwayatkan oleh :
- Imam Muslim dalam Shahihnya, Kitab Al-Zuhud wa Al-Raqa'iq, Bab Al-Mu'min Amruhu Kulluhu Khair, hadits no 2999.
- Imam Ahmad bin Hambal dalam empat tempat dalam Musnadnya, yaitu hadits no  18455 ,  18360 ,  23406  &  23412.
- Diriwayatkan juga oleh Imam al- Darimi, dalam Sunannya, Kitab Al- Riqaq, Bab Al-Mu'min Yu'jaru Fi Kulli Syai', hadits no 2777.[1]
3.      Riwayat At-tarmizi
وعَنْ أنس رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قال، قال رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم: <إذا أراد اللَّه بعبده خيراً عجل له العقوبة في الدنيا، وإذا أراد اللَّه بعبده الشر أمسك عَنْه بذنبه حتى يوافى به يوم القيامة> وقال النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم: <إن عظم الجزاء مع عظم البلاء، وإن اللَّه تعالى إذا أحب قوما ابتلاهم، فمن رضي فله الرضا، ومن سخط فله السخط> رَوَاهُ الْتِّرْمِذِيُّ وَقَالَ حَدِيثٌ حَسَنٌ
Dari Anas r.a., berkata: “Rasulullah s.a.w. bersabda: “Jikalau Allah menghendaki kebaikan pada seseorang hambaNya, maka ia mempercepatkan suatu siksaan – dari dosa yang diperbuatnya – sewaktu dunia, tetapi jikalau Allah menghendaki keburukan pada se-seorang hambaNya, maka orang itu dibiarkan sajalah dengan dosanya, sehingga nanti akan dipenuhkan balasan – siksaannya – hari kiamat.”Dan Nabi s.a.w. bersabda – juga riwayat Anas r.a.: “Sesungguhnya besarnya balasan – pahala – itu menilik besarnya bala’ yang menimpa dan sesungguhnya Allah itu apabila mencintai sesuatu kaum, maka mereka itu diberi cobaan. Oleh sebab itu barangsiapa yang rela – menerima bala’ tadi, ia akan memperoleh keridhaan dari Allah dan barangsiapa yang uring-uringan maka ia memperoleh kemurkaan Allah pula.”Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini Hadits hasan[2].
B.     Pemahaman tentang sabar
a.       Makna Hadis secara umum
Dalam makna hadis singkat diatas dapat memberikan kesimpulan mengenai beberapa definisi orang yang beriman. Disini Rasulullah mengibaratkan orang yang beriman adalah orang yang memiliki pesona, yang digambarkan dengan istilah 'ajaban' ( عجبا ). Karena sifat dan karakter ini akan mempesona siapa saja. Kemudian Rasulullah SAW menggambarkan bahwa pesona tersebut berpangkal dari adanya positif thinking setiap mu'min. Dimana ia memandang segala persoalannya dari sudut pandang positif, dan bukan dari sudut nagatifnya.
Sebagai contoh, ketika ia mendapatkan kebaikan, kebahagian, rasa bahagia, kesenangan dan lain sebagainya, ia akan refleksikan dalam bentuk pensyukuran terhadap Allah SWT. Karena ia tahu dan faham bahwa hal tersebut merupakan anugerah Allah yang diberikan kepada dirinya. Dan tidaklah Allah memberikan sesuatu kepadanya melainkan pasti sesuatu tersebut adalah positif baginya.
Sebaliknya, jika ia mendapatkan suatu musibah, bencana, rasa duka, sedih, kemalangan dan hal- hal negatif lainnya, ia akan bersabar. Karena ia meyakini bahwa hal tersebut merupakan pemberian sekaligus cobaan bagi dirinya yang pasti memiliki rahasia kebaikan di dalamnya. Sehingga refleksinya adalah dengan bersabar dan mengembalikan semuanya kepada Allah SWT.[3]
b.      Pemahaman melalui hadis
1. Kesabaran merupakan "dhiya' " (cahaya yang amat terang). Karena dengan kesabaran inilah, seseorang akan mampu menyingkap kegelapan. Rasulullah SAW mengungkapkan, "...dan kesabaran merupakan cahaya yang terang..." (HR. Muslim)
2. Kesabaran merupakan salah satu sifat sekaligus ciri orang mu'min, sebagaimana hadits yang terdapat pada muqadimah; "Sungguh menakjubkan perkara orang yang beriman, karena segala perkaranya adalah baik. Jika ia mendapatkan kenikmatan, ia bersyukur karena (ia mengatahui) bahwa hal tersebut adalah memang baik baginya. Dan jika ia tertimpa musibah atau kesulitan, ia bersabar karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut adalah baik baginya." (HR. Muslim)
3. Seseorang yang sabar akan mendapatkan pahala surga. Dalam sebuah hadits digambarkan; Dari Anas bin Malik ra berkata, bahwa aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya Allah berfirman, "Apabila Aku menguji hamba-Ku dengan kedua matanya, kemudian diabersabar, maka aku gantikan surga baginya." (HR. Bukhari)
4. Sabar merupakan sifat para nabi. Ibnu Mas'ud dalam sebuah riwayat pernah mengatakan: Dari Abdullan bin Mas'ud berkata"Seakan-akan aku memandang Rasulullah SAW menceritakan salah seorang nabi, yang dipukuli oleh kaumnya hingga berdarah, kemudia ia mengusap darah dari wajahnya seraya berkata, 'Ya Allah ampunilah dosa kaumku, karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui." (HR. Bukhari)
5. Kesabaran merupakan ciri orang yang kuat. Rasulullah SAW pernah menggambarkan dalam sebuah hadits; Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda,"Orang yang kuat bukanlah yang pandai bergulat, namun orang yang kuat adalah orang yang memiliki jiwanya ketika marah." (HR. Bukhari)
6. Kesabaran dapat menghapuskan dosa. Rasulullah SAW menggambarkan dalam sebuah haditsnya; Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullan SAW bersabda, "Tidaklah seorang muslim mendapatkan kelelahan, sakit, kecemasan, kesedihan, mara bahaya dan juga kesusahan, hingga duri yang menusuknya, melainkan Allah akan menghapuskan dosa- dosanya dengan hal tersebut." (HR. Bukhari & Muslim)
7. Kesabaran merupakan suatu keharusan, dimana seseorang tidak boleh putus asa hingga ia menginginkan kematian. Sekiranya memang sudah sangat terpaksa hendaklah ia berdoa kepada Allah, agar Allah memberikan hal yang terbaik baginya; apakah kehidupan atau kematian. Rasulullah SAW mengatakan; Dari  Anas bin Malik ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Janganlah salah seorang diantara kalian mengangan-angankan datangnya kematian karena musibah yang menimpanya. Dan sekiranya ia memang harus mengharapkannya, hendaklah ia berdoa, 'Ya Allah, teruskanlah hidupku ini sekiranya hidup itu lebih baik  unttukku. Dan wafatkanlah aku, sekiranya itu lebih baik bagiku." (HR. Bukhari Muslim)
c.  Pemahaman berdasarkan Al-Qur’an
Dalam al-Qur'an banyak sekali ayat-ayat yang berbicara mengenai kesabaran. Jika ditelusuri secara keseluruhan, terdapat 103 kali disebut dalam al-Qur'an, kata-kata yang menggunakan kata dasar sabar; baik berbentuk isim maupun fi'ilnya. Hal ini menunjukkan betapa kesabaran menjadi perhatian Allah SWT, yang Allah tekankan kepada hamba-hamba- Nya. Dari ayat-ayat yang ada, para ulama mengklasifikasikan sabar dalam al-Qur'an menjadi beberapa macam;
1 . Sabar merupakan perintah Allah SWT. Hal ini sebagaimana yang terdapat dalam QS.albaqoroh : 153: "Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan kepada Allah dengan sabar dan shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar." Ayat-ayat lainnya yang serupa mengenai perintah untuk bersabar sangat banyak terdapat dalam Al-Qur'an. Diantaranya adalah dalam QS.ali imran : 200 , 16 : 127 , 8 : 46 , 10 :109 , 11 : 115 dsb.
2 . Larangan isti'ja l(tergesa-gesa/ tidak sabar), sebagaimana yang Allah firmankan (QS. Al-Ahqaf/ 46 : 35): "Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka..."
3 . Pujian Allah bagi orang-orang yang sabar, sebagaimana yang terdapat dalam QS.albaqoroh : 177: "...dan orang-orang yang bersabar dalam kesulitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar imannya dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa."
4 . Allah SWT akan mencintai orang-orang yang sabar. Dalam surat Ali Imran (3 : 146) Allah SWT berfirman : "Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar."
5 . Kebersamaan Allah dengan orang-orang yang sabar. Artinya Allah SWT senantiasa akan menyertai hamba-hamba-Nya yang sabar. Allah berfirman (QS. Al-anfal : 46) ; "Dan bersabarlah kamu, karena sesungguhnya Allah itu beserta orang-orang yang sabar."
6 . Mendapatkan pahala surga dari Allah. Allah mengatakan dalam al-Qur'an (ar ra’d : 23 - 24); "(yaitu) surga `Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama- sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, isteri- isterinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu; (sambil mengucapkan): "Salamun `alaikum bima shabartum" (keselamatan bagi kalian, atas kesabaran yang kalian lakukan). Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu”[4].
C.    Urgensi Kesabaran
Kesabaran adalah salah satu ciri sifat orang yang bertaqwa kepada Allah. Dan bahkan sebagian ulama’ mengatakan bahwa, orang yang memiliki tingkat kesabaran yang tinggi adalah orang yang memiliki iman yang tinggi pula. Karna sabar memiliki keterikatan yang tidak bisa dipisahkan dengan keimanan: Kaitan antara sabar dengan iman, adalah seperti kepala dengan  jasadnya. Tidak ada keimanan yang tidak disertai kesabaran, sebagaimana juga tidak ada jasad yang tidak memiliki kepala. Oleh karena itulah Rasulullah SAW menggambarkan tentang ciri dan keutamaan orang yang beriman sebagaimana hadits di atas.
Sabar juga memiliki dimensi untuk merubah sebuah kondisi, baik dalam hal pribadi ataupun keranah sosial, yang mana bertujuan untuk terus merubah dan memperbaiki, agar bisa lebih baik dan lebih baik lagi. Bahkan seseorang dapat dikatakan tidak sabar, apabila hanya pasrah dan menerima semua hal begitu saja, tanpa adanya sebuah usaha dan tindakan dalam penyelesaiannya. Akan tetapi, sabar diimplementasikan dalam ibadah sebagai dorongan untuk bangkit, melawan dan memaksakan diri untuk bangun dari keterpurukan, kegelisahan, dengan cara mengambil wudhu kemudian pergi kemasjid dan menunaikan solat berjamaah kemudian berdo’a, agar hati lebih tenang, dan jernih dalam berfikir serta bertindak. Karnanya sabar tidak bisa hanya diartikan sebagai suatu sifat pasif, melainkan sabar memiliki nilai keseimbangan antara sifat pasif dan aktif.[5]
Bentuk-Bentuk Kesabaran
Para ulama membagi kesabaran menjadi tiga hal; sabar dalam ketaatan kepada Allah, sabar untuk meninggalkan kemaksiatan dan sabar menghadapi ujian dari Allah:
1. Sabar dalam ketaatan kepada Allah. Merealisasikan ketaatan kepada Allah, membutuhkan kesabaran, karena secara tabiatnya, jiwa manusia enggan untuk beribadah dan berbuat ketaatan. Ditinjau dari penyebabnya, terdapat tiga hal yang menyebabkan insan sulit untuk sabar. Pertama karena malas, seperti dalam melakukan ibadah shalat. Kedua karena bakhil (kikir), seperti menunaikan zakat dan infaq. Ketiga karena keduanya, (malas dan kikir), seperti haji dan jihad.
Kemudian untuk dapat merealisasikan kesabaran dalam ketaatan kepada Allah diperlukan beberapa hal,
(1) Dalam kondisi sebelum melakukan ibadah berupa memperbaiki niat, yaitu kikhlasan. Ikhlas merupakan kesabaran menghadapi duri-duri riya'.
(2) Kondisi ketika melaksanakan ibadah, agar jangan sampai melupakan Allah di tengah melaksanakan ibadah tersebut, tidak malas dalam merealisasikan adab dan sunah-sunahnya.
(3) Kondisi ketika telah selesai melaksanakan ibadah, yaitu untuk tidak membicarakan ibadah yang telah dilakukannya supaya diketahui atau dipuji orang lain.
2. Sabar dalam meninggalkan kemaksiatan. Meninggalkan kemaksiatan juga membutuhkan kesabaran yang besar, terutama pada kemaksiatan yang sangat mudah untuk dilakukan, seperti ghibah (baca; ngerumpi), dusta, memandang sesuatu yang haram dsb. Karena kecendrungan jiwa insan, suka pada hal-hal yang buruk dan "menyenangkan". Dan perbuatan maksiat identik dengan hal-hal yang "menyenangkan".
3. Sabar dalam menghadapi ujian dan cobaan dari Allah, seperti mendapatkan musibah, baik yang bersifat materi ataupun inmateri; misalnya kehilangan harta, kehilangan orang yang dicintai dsb. Keseluruhan realitas hidup itu pada hakekatnya adalah ujian. Lancer dalam bekerja sampai meraih prestasi puncak adalah ujian bagi kita untuk tidak menyombongkan diri. Malah justru harus meningkatkan rasa syukur dan menanamkan kesadaran bahwa hasil yang di raih adalah berkat bantuan pihak lain. Di fitnah orang adalah ujian memantapkan kesabaran lebih dalam dan menata langkah lebih hati-hati. Tidak ada seorangpun yang hidup tanpa ada ujian baginya dalam hal ini semua manusia sama. Yang berbeda adalah sikap yang berbeda dalam menghadapi ujian itu sendiri. Ada yang bisa menerima dengan lapang dada dan memahaminya sebagai cara allah untuk mengingatkan. Ada juga yang tidak bisa menerima dengan lapang dada dan memahaminya sebagai cara allah untuk mengingatkan. Ada juga yang tidak bisa menerima dan berprasangka buruk kepada allah bahwa dia tidak adil karena pilih kasih[6]



BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Sabar menurut istilah yaitu menahan diri dari sifat gundah dan emosi, serta menahan lidah dari keluh kesah dan menahan anggota tubuh dari perbuatan yang tak terarah. Rasulullah pernah memerintahkan ummatnya untuk bersabar, yaitu bersabar ketika berjihad, yang mana jihad disini dimaksudkan yaitu memerangi musuh-musuh Allah, yang dalam klimaksnya menggunakan senjata (perang). Sehingga sabar dalam kategori jihad disini juga berarti keteguhan untuk menghadapi musuh, serta tidak lari dari peperangan. Kesabaran adalah salah satu ciri sifat orang yang bertaqwa kepada Allah. Dan bahkan sebagian ulama’ mengatakan bahwa, orang yang memiliki tingkat kesabaran yang tinggi adalah orang yang memiliki iman yang tinggi pula. Karna sabar memiliki keterikatan yang tidak bisa dipisahkan dengan keimanan: Kaitan antara sabar dengan iman, adalah seperti kepala dengan  jasadnya. Tidak ada keimanan yang tidak disertai kesabaran, sebagaimana juga tidak ada jasad yang tidak memiliki kepala. Oleh karena itulah Rasulullah SAW menggambarkan tentang ciri dan keutamaan orang yang beriman sebagaimana hadits di atas.
B.     Saran
Kami selaku penulis tentunya, masih banyak mengalami berbagai kesalahan, baik dalam penulisan maupun dalam pengkajian materi yang telah kami buat. Karna disini kami sebagai penulis juga masih dalam tahapan pembelajaran, kurang lebihnya kami mohon maaf, dan dengan penuh kerendahan hati, kami harap para pembaca hendak memberikan kami saran dan masukan, untuk kami bisa memperbaiki kekeliruan yang ada.

DAFTAR PUSTAKA
Syukur Amin. 2003” Tasawuf kontekstual “.,Yogyakarta:pustaka pelajar
Al Imam An Nawawi.”Riyadhus Shalihin”.Kitab 1, Bab 3







[2] Kitab Riyadhus Shalihin bab.3
[3] http://www.dakwatuna.com/2012/04/30/20165/hadits-hadits-tentang-sabar-bagian-ke-1
[5] Prof.Dr.H.M. Amin Syukur,MA, Tasawuf kontekstual (Yogyakarta:pustaka pelajar) th.2003, hlm.187
[6] Prof.Dr.H.M. Amin Syukur,MA, Tasawuf kontekstual (Yogyakarta:pustaka pelajar) th.2003, hlm.187

Tidak ada komentar:

Posting Komentar