BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kita
semua tahu bahwa ada orang yang mudah merasa jengkel, yang mudah kehilangan
kesabaran dan mudah marah. Di dalam dunia yang serba cepat seperti sekarang,
menunggu seseorang bisa menjadi sangat menjengkelkan. Kita hidup di dalam
masyarakat yang menginginkan kesenangan instan dimana ketidaksabara, ketidak
toleransian, sensitive yang berlebihan dan kemarahan yang impulsive menjadi
begitu lazim. Kesabarab memberikan sebuah contoh yang ilahi bagi orang lain. di
dalam jaman yang penuh yang penuh dengan pengharapan instan dan tekanan,
kesabaran kita terhadap orang lain memisahkan kita dari dunia ini.
Mengembangkan kesabaran demi menghasilkan kehidupan yang berbuah dengan terus
berhubungan dengan tuhan, hal ini membutuhkan usaha dari diri kita dan
kerjasama dengan apa yang Tuhan akan lakukan. Seseorang bisa menjadi sabar jika
dia memahami apa yang sedang terjadi didalam situasi tertentu. Ketidak tahuan
menghasilkan ketidak sabaran. Maka dari itu, dalam makalah ini kami akan membahas
tentang “sabar” sehingga kita dapat mengetahui bagaimana sabar yang
sebenarnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari
sabar ?
2. bagaimana pemahaman
tentang sabar ?
3. Bagaimana Urgensi
tentang sabar ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui
bagaimana pengertian dari sabar.
2. Untuk mengetahui bagaimana
pemahaman sabar dalam hadis.
3. Untuk mengetahui
bagaimana urgensi tentang sabar.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sabar dalam Hadits
Kata sabar berasal dari bahasa arab
“Shobaro” yang kemudian di masdarkan menjadi “Shabran”. Sedangkan dari segi
bahasa sabar bermakna menahan dan mencegah. Adapun pengertian sabar menurut
istilah yaitu menahan diri dari sifat gundah dan emosi, serta menahan lidah
dari keluh kesah dan menahan anggota tubuh dari perbuatan yang tak terarah.
Sabar menurut Amru bin Usman adalah keteguhan bersama Allah dan menerima ujian
dari-Nya dengan penuh lapang dan ketenangan.
Rasulullah pernah memerintahkan
ummatnya untuk bersabar, yaitu bersabar ketika berjihad, yang mana jihad disini
dimaksudkan yaitu memerangi musuh-musuh Allah, yang dalam klimaksnya
menggunakan senjata (perang). Sehingga sabar dalam kategori jihad disini juga berarti
keteguhan untuk menghadapi musuh, serta tidak lari dari peperangan. Seperti
halnya hadits dibawah ini:
وعن أبي إبراهيم عبد الله بن أبي أوفى رضي الله عنهما أن رسول
الله صلى الله عليه وسلم في بعض أيامه التي لقي فيها العدو، انتظر حتى إذا مالت
الشمس قام فيهم فقال: " يا أيها الناس لا تتمنوا لقاء العدو، واسألوا الله
العافية، فإذا لقيتموهم فاصبروا، واعلموا أن الجنة تحت ظلال السيوف" ثم قال النبي
صلى الله عليه وسلم : " اللهم منزل الكتاب ومجري السحاب ، وهازم الأحزاب،
اهزمهم وانصرنا عليهم" ((متفق
عليه)) وبالله التوفيق.
Dari Abu Ibrahim, yaitu Abdullah bin Abu Aufa
radhiallahu 'anhuma bahwa Rasulullah s.a.w. pada suatu hari di waktu beliau itu
bertemu dengan musuh, beliau menantikan sehingga matahari condong - hendak
terbenam - beliau lalu berdiri di muka orang banyak kemudian bersabda:
"Hai sekalian manusia, janganlah engkau semua
mengharap-harapkan bertemu musuh dan mohonlah kepada Allah akan keselamatan.
Tetapi jikalau engkau semua menemui musuh itu, maka bersabarlah. Ketahuilah
olehmu semua bahawasanya syurga itu ada di bawah naungan pedang."
Selanjutnya
Nabi s.a.w. bersabda: "Ya Allah yang menurunkan kitab, yang menjalankan
awan, Yang menghancur-leburkan gabungan pasukan musuh. Hancur leburkanlah
mereka itu dan berilah kita semua kemenangan atas mereka." (Muttafaq
'alaih) Wabillahittaufiq (Dan dengan Allah itulah adanya pertolongan).
Keterangan:
Dalam mengulas sabda Rasulullah
s.a.w. yang berbunyi:
"Syurga itu ada di bawah
naungan pedang." Imam al-Qurthubi berkata:
"Ucapan itu adalah suatu
petanda betapa indahnya susunan kalimat yang digunakan oleh Rasulullah s.a.w.
Sedikit kata-katanya, tetapi luas pengertiannya. Maksudnya iaiah bahwa letak
syurga itu dengan memberikan perlawanan kepada musuh, manakala mereka telah
memulai menyerang kedudukan kita. Jika sudah dalam keadaan tersepit dan musuh
sudah menyerbu dekat sekali dengan tempat pertahanan kita, maka tiada jalan
lain, kecuali dengan beradu kekuatan, yakni pedanglah yang wajib digunakan
untuk penyelesaian, menang atau kalah. Jika pedang kaum Muslimin sudah beradu
dengan pedang musuh, masing-masing pihak menangkis serangan musuhnya, pedang meninggi
dan merendah, sampai-sampai bayangannya nampak jelas. Naungan pedang itulah
yang menyebabkan kaum Muslimin akan memperolehi kebahagiaan dalam dua keadaan:
a) Jika kalah dan mati, gugurlah
sebagai pejuang syahid dan pasti masuk syurga tanpa dihisab. Di kalangan ummat
pun menjadi harum namanya.
b) Jika menang dan selamat sampai
dapat kembali ke rumah ia juga akan merasakan kenikmatan syurga dunia, hidup
dalam keluhuran dan kejayaan.
Adapun
beberapa periwayatan hadis diataranya:
1. Riwayat
Al-Bukhori
وعَنْ أبي هُرَيْرَةَ رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُ أن رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم قال: <يقول
اللَّه تعالى: ما لعبدي المؤمِنْ عندي جزاء إذا قبضت صفيه مِنْ أهل الدنيا ثم
احتسبه إلا الجنة> رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ
Dari Abu
Hurairah r.a. bahwasanya Rasululiah s.a.w. bersabda: “Allah Ta’ala
berfirman:“Tidak ada balasan bagi seseorang hambaKu yang mu’min di sisiKu, di
waktu Aku mengambil – mematikan – kekasihnya dari ahli dunia, kemudian ia
mengharapkan keridhaan Allah, melainkan orang itu akan mendapatkan syurga.”
(Riwayat Bukhari)
2. Riwayat
Muslim
Dari Suhaib
ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sungguh menakjubkan perkaranya orang
yang beriman, karena segala urusannya adalah baik baginya. Dan hal yang
demikian itu tidak akan terdapat kecuali hanya pada orang mu'min: Yaitu jika ia
mendapatkan kebahagiaan, ia bersyukur, karena (ia mengetahui) bahwa hal
tersebut merupakan yang terbaik untuknya. Dan jika ia tertimpa musibah, ia
bersabar, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik bagi
dirinya." (HR. Muslim)
Hadits ini
merupakan hadits shahih dengan sanad sebagaimana di atas, melalui jalur Tsabit
dari Abdurrahman bin Abi Laila, dari Suhaib dari Rasulullah SAW, diriwayatkan
oleh :
-
Imam Muslim dalam Shahihnya, Kitab Al-Zuhud wa Al-Raqa'iq, Bab Al-Mu'min Amruhu
Kulluhu Khair, hadits no 2999.
-
Imam Ahmad bin Hambal dalam empat tempat dalam Musnadnya, yaitu hadits no
18455 , 18360 , 23406 & 23412.
-
Diriwayatkan juga oleh Imam al- Darimi, dalam Sunannya, Kitab Al- Riqaq, Bab
Al-Mu'min Yu'jaru Fi Kulli Syai', hadits no 2777.[1]
3. Riwayat
At-tarmizi
وعَنْ أنس رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ قال، قال رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم: <إذا أراد
اللَّه بعبده خيراً عجل له العقوبة في الدنيا، وإذا أراد اللَّه بعبده الشر أمسك
عَنْه بذنبه حتى يوافى به يوم القيامة> وقال النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّم: <إن عظم الجزاء مع عظم البلاء، وإن اللَّه تعالى إذا أحب قوما
ابتلاهم، فمن رضي فله الرضا، ومن سخط فله السخط> رَوَاهُ الْتِّرْمِذِيُّ
وَقَالَ حَدِيثٌ حَسَنٌ
Dari Anas
r.a., berkata: “Rasulullah s.a.w. bersabda: “Jikalau Allah menghendaki kebaikan
pada seseorang hambaNya, maka ia mempercepatkan suatu siksaan – dari dosa yang
diperbuatnya – sewaktu dunia, tetapi jikalau Allah menghendaki keburukan pada
se-seorang hambaNya, maka orang itu dibiarkan sajalah dengan dosanya, sehingga
nanti akan dipenuhkan balasan – siksaannya – hari kiamat.”Dan Nabi s.a.w.
bersabda – juga riwayat Anas r.a.: “Sesungguhnya besarnya balasan – pahala –
itu menilik besarnya bala’ yang menimpa dan sesungguhnya Allah itu apabila
mencintai sesuatu kaum, maka mereka itu diberi cobaan. Oleh sebab itu
barangsiapa yang rela – menerima bala’ tadi, ia akan memperoleh keridhaan dari
Allah dan barangsiapa yang uring-uringan maka ia memperoleh kemurkaan Allah
pula.”Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini Hadits hasan[2].
B. Pemahaman tentang sabar
a. Makna
Hadis secara umum
Dalam makna
hadis singkat diatas dapat memberikan kesimpulan mengenai beberapa definisi orang
yang beriman. Disini Rasulullah mengibaratkan orang yang beriman adalah orang
yang memiliki pesona, yang digambarkan dengan istilah 'ajaban' ( عجبا ).
Karena sifat dan karakter ini akan mempesona siapa saja. Kemudian Rasulullah
SAW menggambarkan bahwa pesona tersebut berpangkal dari adanya positif thinking
setiap mu'min. Dimana ia memandang segala persoalannya dari sudut pandang
positif, dan bukan dari sudut nagatifnya.
Sebagai
contoh, ketika ia mendapatkan kebaikan, kebahagian, rasa bahagia, kesenangan
dan lain sebagainya, ia akan refleksikan dalam bentuk pensyukuran terhadap
Allah SWT. Karena ia tahu dan faham bahwa hal tersebut merupakan anugerah Allah
yang diberikan kepada dirinya. Dan tidaklah Allah memberikan sesuatu kepadanya
melainkan pasti sesuatu tersebut adalah positif baginya.
Sebaliknya,
jika ia mendapatkan suatu musibah, bencana, rasa duka, sedih, kemalangan dan
hal- hal negatif lainnya, ia akan bersabar. Karena ia meyakini bahwa hal
tersebut merupakan pemberian sekaligus cobaan bagi dirinya yang pasti memiliki
rahasia kebaikan di dalamnya. Sehingga refleksinya adalah dengan bersabar dan
mengembalikan semuanya kepada Allah SWT.[3]
b. Pemahaman melalui hadis
1. Kesabaran
merupakan "dhiya' " (cahaya yang amat terang). Karena dengan
kesabaran inilah, seseorang akan mampu menyingkap kegelapan. Rasulullah SAW
mengungkapkan, "...dan kesabaran merupakan cahaya yang terang..."
(HR. Muslim)
2. Kesabaran
merupakan salah satu sifat sekaligus ciri orang mu'min, sebagaimana hadits yang
terdapat pada muqadimah; "Sungguh menakjubkan perkara orang yang beriman,
karena segala perkaranya adalah baik. Jika ia mendapatkan kenikmatan, ia bersyukur
karena (ia mengatahui) bahwa hal tersebut adalah memang baik baginya. Dan jika
ia tertimpa musibah atau kesulitan, ia bersabar karena (ia mengetahui) bahwa
hal tersebut adalah baik baginya." (HR. Muslim)
3. Seseorang
yang sabar akan mendapatkan pahala surga. Dalam sebuah hadits digambarkan; Dari
Anas bin Malik ra berkata, bahwa aku mendengar Rasulullah SAW bersabda,
Sesungguhnya Allah berfirman, "Apabila Aku menguji hamba-Ku dengan kedua
matanya, kemudian diabersabar, maka aku gantikan surga baginya." (HR.
Bukhari)
4. Sabar
merupakan sifat para nabi. Ibnu Mas'ud dalam sebuah riwayat pernah mengatakan:
Dari Abdullan bin Mas'ud berkata"Seakan-akan aku memandang Rasulullah SAW
menceritakan salah seorang nabi, yang dipukuli oleh kaumnya hingga berdarah,
kemudia ia mengusap darah dari wajahnya seraya berkata, 'Ya Allah ampunilah
dosa kaumku, karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui." (HR. Bukhari)
5. Kesabaran
merupakan ciri orang yang kuat. Rasulullah SAW pernah menggambarkan dalam
sebuah hadits; Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwa Rasulullah SAW
bersabda,"Orang yang kuat bukanlah yang pandai bergulat, namun orang yang
kuat adalah orang yang memiliki jiwanya ketika marah." (HR. Bukhari)
6. Kesabaran
dapat menghapuskan dosa. Rasulullah SAW menggambarkan dalam sebuah haditsnya;
Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullan SAW bersabda, "Tidaklah seorang
muslim mendapatkan kelelahan, sakit, kecemasan, kesedihan, mara bahaya dan juga
kesusahan, hingga duri yang menusuknya, melainkan Allah akan menghapuskan dosa-
dosanya dengan hal tersebut." (HR. Bukhari & Muslim)
7. Kesabaran
merupakan suatu keharusan, dimana seseorang tidak boleh putus asa hingga ia
menginginkan kematian. Sekiranya memang sudah sangat terpaksa hendaklah ia
berdoa kepada Allah, agar Allah memberikan hal yang terbaik baginya; apakah
kehidupan atau kematian. Rasulullah SAW mengatakan; Dari Anas bin Malik
ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Janganlah salah seorang diantara
kalian mengangan-angankan datangnya kematian karena musibah yang menimpanya.
Dan sekiranya ia memang harus mengharapkannya, hendaklah ia berdoa, 'Ya Allah,
teruskanlah hidupku ini sekiranya hidup itu lebih baik unttukku. Dan
wafatkanlah aku, sekiranya itu lebih baik bagiku." (HR. Bukhari Muslim)
c. Pemahaman berdasarkan Al-Qur’an
Dalam
al-Qur'an banyak sekali ayat-ayat yang berbicara mengenai kesabaran. Jika
ditelusuri secara keseluruhan, terdapat 103 kali disebut dalam al-Qur'an,
kata-kata yang menggunakan kata dasar sabar; baik berbentuk isim maupun
fi'ilnya. Hal ini menunjukkan betapa kesabaran menjadi perhatian Allah SWT,
yang Allah tekankan kepada hamba-hamba- Nya. Dari ayat-ayat yang ada, para
ulama mengklasifikasikan sabar dalam al-Qur'an menjadi beberapa macam;
1 . Sabar
merupakan perintah Allah SWT. Hal ini sebagaimana yang terdapat dalam
QS.albaqoroh : 153: "Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan
kepada Allah dengan sabar dan shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang
yang sabar." Ayat-ayat lainnya yang serupa mengenai perintah untuk
bersabar sangat banyak terdapat dalam Al-Qur'an. Diantaranya adalah dalam
QS.ali imran : 200 , 16 : 127 , 8 : 46 , 10 :109 , 11 : 115 dsb.
2 . Larangan
isti'ja l(tergesa-gesa/ tidak sabar), sebagaimana yang Allah firmankan (QS.
Al-Ahqaf/ 46 : 35): "Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang
mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul dan janganlah kamu meminta
disegerakan (azab) bagi mereka..."
3 . Pujian
Allah bagi orang-orang yang sabar, sebagaimana yang terdapat dalam QS.albaqoroh
: 177: "...dan orang-orang yang bersabar dalam kesulitan, penderitaan dan
dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar imannya dan mereka
itulah orang-orang yang bertaqwa."
4 . Allah SWT
akan mencintai orang-orang yang sabar. Dalam surat Ali Imran (3 : 146) Allah
SWT berfirman : "Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar."
5 .
Kebersamaan Allah dengan orang-orang yang sabar. Artinya Allah SWT senantiasa
akan menyertai hamba-hamba-Nya yang sabar. Allah berfirman (QS. Al-anfal : 46)
; "Dan bersabarlah kamu, karena sesungguhnya Allah itu beserta orang-orang
yang sabar."
6 .
Mendapatkan pahala surga dari Allah. Allah mengatakan dalam al-Qur'an (ar ra’d
: 23 - 24); "(yaitu) surga `Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-
sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, isteri- isterinya dan
anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua
pintu; (sambil mengucapkan): "Salamun `alaikum bima shabartum"
(keselamatan bagi kalian, atas kesabaran yang kalian lakukan). Maka alangkah
baiknya tempat kesudahan itu”[4].
C. Urgensi Kesabaran
Kesabaran
adalah salah satu ciri sifat orang yang bertaqwa kepada Allah. Dan bahkan sebagian
ulama’ mengatakan bahwa, orang yang memiliki tingkat kesabaran yang tinggi
adalah orang yang memiliki iman yang tinggi pula. Karna sabar memiliki
keterikatan yang tidak bisa dipisahkan dengan keimanan: Kaitan antara sabar
dengan iman, adalah seperti kepala dengan jasadnya. Tidak ada keimanan
yang tidak disertai kesabaran, sebagaimana juga tidak ada jasad yang tidak
memiliki kepala. Oleh karena itulah Rasulullah SAW menggambarkan tentang ciri
dan keutamaan orang yang beriman sebagaimana hadits di atas.
Sabar juga
memiliki dimensi untuk merubah sebuah kondisi, baik dalam hal pribadi ataupun
keranah sosial, yang mana bertujuan untuk terus merubah dan memperbaiki, agar
bisa lebih baik dan lebih baik lagi. Bahkan seseorang dapat dikatakan tidak
sabar, apabila hanya pasrah dan menerima semua hal begitu saja, tanpa adanya
sebuah usaha dan tindakan dalam penyelesaiannya. Akan tetapi, sabar diimplementasikan
dalam ibadah sebagai dorongan untuk bangkit, melawan dan memaksakan diri untuk
bangun dari keterpurukan, kegelisahan, dengan cara mengambil wudhu kemudian
pergi kemasjid dan menunaikan solat berjamaah kemudian berdo’a, agar hati lebih
tenang, dan jernih dalam berfikir serta bertindak. Karnanya sabar tidak bisa
hanya diartikan sebagai suatu sifat pasif, melainkan sabar memiliki nilai
keseimbangan antara sifat pasif dan aktif.[5]
Bentuk-Bentuk
Kesabaran
Para ulama
membagi kesabaran menjadi tiga hal; sabar dalam ketaatan kepada Allah, sabar
untuk meninggalkan kemaksiatan dan sabar menghadapi ujian dari Allah:
1. Sabar dalam ketaatan kepada
Allah. Merealisasikan ketaatan kepada Allah, membutuhkan kesabaran, karena
secara tabiatnya, jiwa manusia enggan untuk beribadah dan berbuat ketaatan.
Ditinjau dari penyebabnya, terdapat tiga hal yang menyebabkan insan sulit untuk
sabar. Pertama karena malas, seperti dalam melakukan ibadah shalat. Kedua
karena bakhil (kikir), seperti menunaikan zakat dan infaq. Ketiga karena
keduanya, (malas dan kikir), seperti haji dan jihad.
Kemudian
untuk dapat merealisasikan kesabaran dalam ketaatan kepada Allah diperlukan
beberapa hal,
(1) Dalam
kondisi sebelum melakukan ibadah berupa memperbaiki niat, yaitu kikhlasan. Ikhlas
merupakan kesabaran menghadapi duri-duri riya'.
(2) Kondisi
ketika melaksanakan ibadah, agar jangan sampai melupakan Allah di tengah
melaksanakan ibadah tersebut, tidak malas dalam merealisasikan adab dan
sunah-sunahnya.
(3) Kondisi
ketika telah selesai melaksanakan ibadah, yaitu untuk tidak membicarakan ibadah
yang telah dilakukannya supaya diketahui atau dipuji orang lain.
2. Sabar dalam meninggalkan
kemaksiatan. Meninggalkan kemaksiatan juga membutuhkan kesabaran yang besar,
terutama pada kemaksiatan yang sangat mudah untuk dilakukan, seperti ghibah
(baca; ngerumpi), dusta, memandang sesuatu yang haram dsb. Karena kecendrungan
jiwa insan, suka pada hal-hal yang buruk dan "menyenangkan". Dan
perbuatan maksiat identik dengan hal-hal yang "menyenangkan".
3. Sabar dalam menghadapi ujian
dan cobaan dari Allah, seperti mendapatkan musibah, baik yang bersifat materi
ataupun inmateri; misalnya kehilangan harta, kehilangan orang yang dicintai
dsb. Keseluruhan realitas hidup itu pada hakekatnya adalah ujian. Lancer dalam
bekerja sampai meraih prestasi puncak adalah ujian bagi kita untuk tidak
menyombongkan diri. Malah justru harus meningkatkan rasa syukur dan menanamkan
kesadaran bahwa hasil yang di raih adalah berkat bantuan pihak lain. Di fitnah
orang adalah ujian memantapkan kesabaran lebih dalam dan menata langkah lebih
hati-hati. Tidak ada seorangpun yang hidup tanpa ada ujian baginya dalam hal
ini semua manusia sama. Yang berbeda adalah sikap yang berbeda dalam menghadapi
ujian itu sendiri. Ada yang bisa menerima dengan lapang dada dan memahaminya
sebagai cara allah untuk mengingatkan. Ada juga yang tidak bisa menerima dengan
lapang dada dan memahaminya sebagai cara allah untuk mengingatkan. Ada juga
yang tidak bisa menerima dan berprasangka buruk kepada allah bahwa dia tidak
adil karena pilih kasih[6]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sabar menurut
istilah yaitu menahan diri dari sifat gundah dan emosi, serta menahan lidah
dari keluh kesah dan menahan anggota tubuh dari perbuatan yang tak terarah. Rasulullah
pernah memerintahkan ummatnya untuk bersabar, yaitu bersabar ketika berjihad,
yang mana jihad disini dimaksudkan yaitu memerangi musuh-musuh Allah, yang
dalam klimaksnya menggunakan senjata (perang). Sehingga sabar dalam kategori
jihad disini juga berarti keteguhan untuk menghadapi musuh, serta tidak lari
dari peperangan. Kesabaran adalah salah satu ciri sifat orang yang bertaqwa
kepada Allah. Dan bahkan sebagian ulama’ mengatakan bahwa, orang yang memiliki
tingkat kesabaran yang tinggi adalah orang yang memiliki iman yang tinggi pula.
Karna sabar memiliki keterikatan yang tidak bisa dipisahkan dengan keimanan:
Kaitan antara sabar dengan iman, adalah seperti kepala dengan jasadnya.
Tidak ada keimanan yang tidak disertai kesabaran, sebagaimana juga tidak ada jasad
yang tidak memiliki kepala. Oleh karena itulah Rasulullah SAW menggambarkan
tentang ciri dan keutamaan orang yang beriman sebagaimana hadits di atas.
B. Saran
Kami selaku penulis tentunya, masih banyak
mengalami berbagai kesalahan, baik dalam penulisan maupun dalam pengkajian
materi yang telah kami buat. Karna disini kami sebagai penulis juga masih dalam
tahapan pembelajaran, kurang lebihnya kami mohon maaf, dan dengan penuh
kerendahan hati, kami harap para pembaca hendak memberikan kami saran dan masukan,
untuk kami bisa memperbaiki kekeliruan yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.dakwatuna.com/2012/04/30/20165/hadits-hadits-tentang-sabar-bagian-ke-1/#ixzz3IczH21U2 9 Maret 2012 pukul 5:45
Syukur Amin. 2003” Tasawuf kontekstual “.,Yogyakarta:pustaka
pelajar
Al Imam An Nawawi.”Riyadhus Shalihin”.Kitab 1,
Bab 3
[1]
http://www.dakwatuna.com/2012/04/30/20165/hadits-hadits-tentang-sabar-bagian-ke-1/#ixzz3IczH21U2 9
Maret 2012 pukul 5:45
[2]
Kitab Riyadhus Shalihin bab.3
[3]
http://www.dakwatuna.com/2012/04/30/20165/hadits-hadits-tentang-sabar-bagian-ke-1
[5]
Prof.Dr.H.M. Amin Syukur,MA, Tasawuf kontekstual (Yogyakarta:pustaka pelajar)
th.2003, hlm.187
[6]
Prof.Dr.H.M. Amin Syukur,MA, Tasawuf kontekstual (Yogyakarta:pustaka pelajar)
th.2003, hlm.187
Tidak ada komentar:
Posting Komentar