Engel

Engel
Bingo

Jumat, 20 Maret 2015

psikologi sosial

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang memilih jalannya sendiri dalam menjalani hidupnya. Dan tidak banyak dari mereka menganggap bahwa hidup itu suatu hal yang harus dijalani bahkan diperjuangkan. Semisal mereka memilih caranya sendiri dalam menanggapi setiap liku kehidupan. Realiatas tidaknya tindakan apa yang mereka lakukan adalah sesuai dengan apa yang mereka pikirkan dan persepsikan. Oleh karena itu aneh tidaknya setiap tingkah laku manusia itu adalah melainkan telah memiliki makna tersendiri bagi mereka. Dan setiap tingkah laku itu adalah wahana kognitif yang dijadikan upaya dalam pembentukan dunia mereka sendiri dan bermakna bagi dirinya sendiri. Dan dalam dunia tersebut mereka mengklasifikasikan dan menyusun objek objek tertentu yaitu orang lain. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Sir Frederick Bartlett “ reaksi kognitif manusia – yakni reaksi dalam persepsi, imajinasi, berfikir, dan pertimbangan akal sehat—cocok bila dibahas sebagai suatu upaya yang terjadi sesudah timbulnya maksud.” B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian Kognisi sosial ? 2. Apa saja Aspek-aspek dasar kognisi sosial ? 3. Apa saja sumber-sumber yang berpotensi menimbulkan kesalahan dalam kognisi sosial ? 4. Apa saja teori-teori yang da dalam kognisi sosial ? C. Maksud dan Tujuan Maksud dan tujuan pembuatan makalah: Untuk mengetahui teori kognisi sosial manusia 1. Untuk mengetahui pengertian Kognisi sosial. 2. Untuk mengetahui aspek-aspek dasar dalam kognisi sosial. 3. Untuk mengetahui sumber-sumber yang berpotensi menimbulkan kesalahan kesalahan dalam kognisi sosial. 4. Untuk mengetahui teori-teori yang ada dalam kognisi sosial. BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Kognisi Sosial Kognisi sosial yaitu proses sentral yang terjadi didalam diri manusia yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa yang ada di luar maupun didalam diri manusia itu sendiri (scheerer (1954 : 49)). Adapun pendapat lain yang mengatakan bahwa kognisi sosial adalah elemen-elemen kognitif yang mana didasarkan pada hal-hal yang diketahui oleh seseorang atau individu atas siapa dirinya, bagaimana tingkah lakunya serta keadaan yang ada disekitarnya (festinger (1957)). Sedangkan menurut Baron & Byrne (2000) Kognisi sosial adalah cara individu dalam menganalisa, mengingat serta menggunakan informasi-informasi mengenai kejadian-kejadian atau peristiwa yang terjadi dalam lingkungan sosial. Dalam menganalisa peristiwa tersebut, ada tiga proses yang dapat digunakan diantaranya: a. Attention : adalah proses awal yang harus dilakukan yaitu dengan cara memperhatikan gejala-gejala sosial yang ada disekitarnya. b. Enconding : adalah proses dalam memasukkan apa yang telah di peroleh dalam memori dan kemudian menyimpannya. c. Retrieval : adalah proses terakhir yang digunakan sebagai pembanding ketika menghadapi dua gejala yang mirip, sesuai dengan ingatan yang dimiliki. Yang mana apabila sama, maka kita akan mengatakan sesuatu mngenai gejala tersebut. Kognisi adalah suatu sikap yang di pilih dalam menindaki atau menilai seseorang atau benda yang diperoleh dari bagaimana mereka menyikapi kedua hal tersebut. Dan kesan dari suatu hal tesebut bersifat individual. Seperti halnya, tidak ada dua orang individu yang bisa berada dalam dunia kognisi yang sama. Kognisi adalah konfigurasi pengetahuan yang terorganisir, berasal dari pengalaman maa lalu yang kita gunakan untuk menginterpretasikan pengalaman kita. Sebagaimana kita memiliki skema mengenai diri kita, kita juga memiliki skema tentang orang lain. Pada kenyataannya kedua skema itu cukup serupa. Isi skema diri juga bisa diterapkan pada orang lain. Psikolog Sir Fredick Bartlett (1932) memperkenalkan istilah skema untuk menefer pada cara mempresentasikan proses memori. Dari berbagai devinisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa, kognisi sosial adalah sebuah proses belajar yang dilakukan oleh individu dalam menyikapi atau memahami dirinya maupun orang lain. (kognisi adalah pengetahuan dan kesadaran) atau tata cara dimana kita menginterpretasi, menganalisa, mengingat, dan menggunakan informasi tentang dunia social. Dan kognisi social itu terjadi secara otomatis. B. Aspek-aspek dasar dalam Kognisi sosial Dalam kognisi sosial terdapat aspek-aspek dasar yang digunakan dalam menginterprestasikan, menganalisis mengingat dan menggunakan informasi tentang dunia sosial. Adapun aspek aspek dasar tersebut, antara lain: 1. Skema semacam kerangka atau gambaran yang membantu individu dalam mengorganisasikan informasi-informasi suatu fenomena yang diperhatikan individu. Skema membantu kita mengenali aspek dari suatu situasi atau stimulus dan skema menciptakan struktur dan penataan situasi, memampukan kita untuk mengingat informasi dengan baik, menata dengan dtail dan mempercepat pemrosesan informasi yang relevan. Terdapat 3 macam jenis skema, yaitu: • person : gambaran mengenai atribut-atribut atau ciri-ciri dari individu lain atau diri individu itu sendiri • roles : gambaran mengenai tugas dan peranan individu-individu di sekeliling kita • events : gambaran mengenai peristiwa-peristiwa sosial yang dialami atau dilihat individu sehari-hari Selain menginterpretasikan aspek-aspek dasar yang terdapat dalam kognisi sosial, individu juga dapat melakukan kesalahan-kesalahan dalam mengupayakan sesuatu. Kesalahan yang dilkukan individu antara lain: 2. Berpikir jalan pintas (heuristic) → individu cenderung malas untuk berpikir kompleks sehingga cenderung menyederhanakan suatu peristiwa yang dialami. Penyederhanaan itu dilakukan dengan cara: a. representasi → individu mengambil kesimpulan mengenai suatu gejala sosial hanya berdasarkan pada ciri-ciri tertentu b. priming → pengambilan kesimpulan berdasarkan pengalaman yang baru saja terjadi atau yang paling dialami c. base rate fallacy → pengambilan kesimpulan dengan cara melakukan generalisasi pada sekelompok individu berdasarkan perilaku individu lain d. keterbatasan informasi yang tersedia → pengambilan kesimpulan berdasarkan informasi yang minim 3. Berpikir Ilusi (Illusory Thinking) → ilusi dalam konsep psikologi adalah kesalahan dalam mempersepsi sesuatu. Dalam psikologi sosial, individu sering mengalami kesalahan dalam mempersepsi sesuatu yang mengakibatkan terjadinya kesalahan pula dalam kognisi sosial. Berpikir ilusi dapat dibedakan menjadi: a. ilusi tentang korelasi (illusory correlation) → ilusi ini terjadi apabila individu menghubungkan dua hal yang tampaknya berhubungan padahal sebenarnya tidak b. ilusi kontrol (illusory control) → individu menganggap seakan-akan dirinya dapat mengendalikan lingkungan c. penilaian terlalu percaya diri (overconfidence judgement) → individu salah memberikan penilaian atau menarik kesimpulan akibat terlalu percaya pada dirinya sendiri C. Sumber-Sumber Yang Berpotensi Menimbulkan Kesalahan Dalam Kognisi Social 1. Bias negativitas, yaitu kecenderungan orang memberikan perhatian lebih pada informasi yang negative daripada informasi yang positif. Contoh: kita diberitahu bahwa dosen yang akan mengajar nanti adalah orang yang pintar, masih muda, ramah, baik hati, cantik, namun diduga terlibat skandal seks. Bias negative menyebabkan kita justru terpaku pada hal yang negative dan mengabaikan hal-hal positif. 2. Bias optimistic, yaitu suatu predisposisi untuk mengharapkan agar segala sesuatu dapat berakhir baik. Kebanyakan orang percaya bahwa mereka memiliki kemungkinan yang lebih besar dari orang lain untuk mengalami peristiwa negative dan kemungkinan lebih kecil untuk mengalami peristiwa negative. Contoh: pemerintah seringkali mengumumkan rencana yang terlalu optimis mengenai penyelesaian proyek-proyek besar—jalan, bandara baru, dsb. hal ini mencerminkan kesalahan perencanaan. Namun, ketika individu memperkirakan akan menerima umpan balik atau informasi yang mungkin negative dan memiliki konsekuensi penting, tampaknya ia justru sudah bersiap menghadapi hal yang buruk (brancing of loss) dan menunjukkan kebalikan dari pola optimistic: mereka menjadi pesimis. 3. Kerugian yang mungkin terjadi akibat terlalu banyak berpikir. Terkadang terlalu banyak berpikir dapat menyeret kita ke dalam kesulitan kognoitif yang serius. Mencoba berpikir sistematis dan rasional mengenai hal-hal penting adalah penting. 4. Pemikiran konterfaktual, yaitu memikirkan sesuatu yang berlawanan dari keadaan sekarang. Efek dari memikirkan “apa yang akan terjadi seandainya…”. Contoh: ketika selamat dari kecelakaan pesawat, Andi justru memikirkan, “bagaimana bila saya tidak langsung terjun tadi, saya sudah mati pastinya, lalu bagaimana nasib keluarga saya sepeninggalan saya?”, dsb. pemikiran konterfaktual dapat secara kuat berpengaruh terhadap afeksi kita. Inaction inertia—kelambanan apatis—muncul ketika individu memutuskan untuk tidak melakukan sesuatu sehingga kehilangan kesempatan untuk mendapatkan hasil yang positif. 5. Pemikiran magis, yaitu berpikir dengan melibatkan asumsi yang tidak didasari alasan yang rasional. Contoh: supaya ujian lulus, Raju berdoa banyak-banyak dan memakai banyak cincin. 6. Menekan pikiran, yaitu usaha untuk mencegah pikiran-pikiran tertentu memasuki alam kesadaran. Proses ini melibatkan 2 komponen, yaitu: proses pemantauan yang otomatis yang mencari tanda-tanda adanya pemikiran yang tidak diinginkan yang memaksa untul muncul kea lam kesadaran. Ketika pikiran tersebut terdeteksi, proses kedua terjadi, yaitu mencegah agar pikiran tersebut tetap berada di luar kesadaran tanpa mengganggu pikiran yang lain. Contoh: Lutfi yang ikut program diet menekan pikirannya untuk tidak memakan makanan manis.   D. Teori-Teori Kognisi Social Apabila seseorang harus memilih perilaku mana yang mesti dilakukan, maka yang bersangkutan akan memilih alternative perilaku yang akan membawa manfaat yang sebesar-besarnya. Atau biasa disebut subjective expected utility (Fishbein dan Ajzen : 1975). Dengan kemampuan memilih ini berarti factor berfikir berperan dalam menentukan pemilihannya. Dengan kemampuan berfikir seseorang akan dapat melihat apa yang telah terjadi sebagai bahan pertimbangan disamping melihat apa yang dihadapi pada waktu sekarang dan juga dapat melihat ke depan apa yang akan terjadi dalam seseorang bertindak. Dalam teori kognitif ini, proses kognitif menjadi dasar timbulnya prasangka. Hal ini berkaitan dengan : a. Kategorisasi atau penggolongan Ketika seseorang mempersepsi orang lain atau kelompok mempersepsi kelompok. Dan memasukkan itu ke dalam suatu kategori sekse, umur, pekerjaan, pembedaan warna kulit, dll. Dan hal ini menimbulkan prasangka antara pihak satu dengan yang lain. b. Ingroup lawan outgroup Orang yang berada dalam satu kelompok merasa (ingroup) dan orang yang merasa dari kelompok lain (outgroup) dan hal ini akan menimbulkan beberapa dampak, antara lain : anggota ingroup lebih anggota lain lebih punya kesamaan disbanding outgroup, ingroup lebih terfaforit daripada outgroup, ingroup memandang outgroup lebih homogen daripada ingroup baik kepribadian atau yang lain. 1. Teori Rosenberg Dikenal dengan teori affective cognitive consistency, atau terkadang disebut teori dua factor. Rosenberg (second & backman:1964) memusatkan perhatian pada kognitif dan afektif. Pengertian kognitif tidak hanya mencakup pengetahuan, melainkan kepercayaan antara sikap dengan system yang ada dalam diri individu. Sedang afektif berhubungan dengan perasaan yang timbul pada seseorang yang menyertai sikapnya, dapat positif ataupun negative terhadap obyek tertentu. 2. Teori festinger Sikap individu itu biasanya konsisten satu dengan yang lain. Missal : ia berpendapat bahwa pendidikan itu baik, maka mereka mengirim anak nya ke sekolah, menurut teori ini, elemen kognitif meliputi pengetahuan, pandangan/perbuatan, dan kepercayaan tentang lingkungan. 3. Teori P-O-X Teori Heider adalah berpangkal pada perasaan yang ada pada seseorang (P), terhadap orang lain (O), dan hal lain (X) dalam hal ini tidak hanya benda mati tetapi bisa berupa orang lain. Dan ketiga hal tersebut membentuk kesatuan. 4. Teori A-B-X Teori Newcomb (1937-1957) bahwa ada hukum-hukum yang mengatur hubungan antara kepercayaan dan sikap yang ada pada seseorang. Dan Newcomb menambahkan factor komunikasi antar individu dan hubungan dalam kelompok. 5. Prinsip keselarasan Teori Osgood dan Tannenbaum (1955) mengenai perubahan sikap dalam suatu situasi tertentu. Melalui komunikasi mendesak seseorang untuk mengambil sikap tertentu terhadap suatu obyek. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan kognisi sosial adalah sebuah proses belajar yang dilakukan oleh individu dalam menyikapi atau memahami dirinya maupun orang lain. (kognisi adalah pengetahuan dan kesadaran) atau tata cara dimana kita menginterpretasi, menganalisa, mengingat, dan menggunakan informasi tentang dunia social. Dan kognisi social itu terjadi secara otomatis. Dalam kognisi sosial terdapat aspek-aspek dasar yang digunakan dalam menginterprestasikan, menganalisis mengingat dan menggunakan informasi tentang dunia sosial. Adapun aspek aspek dasar tersebut. Skema semacam kerangka atau gambaran yang membantu individu dalam mengorganisasikan informasi-informasi suatu fenomena yang diperhatikan individu. Skema membantu kita mengenali aspek dari suatu situasi atau stimulus dan skema menciptakan struktur dan penataan situasi, memampukan kita untuk mengingat informasi dengan baik, menata dengan dtail dan mempercepat pemrosesan informasi yang relevan. Berpikir jalan pintas (heuristic) individu cenderung malas untuk berpikir kompleks sehingga cenderung menyederhanakan suatu peristiwa yang dialami. Berpikir Ilusi (Illusory Thinking) ilusi dalam konsep psikologi adalah kesalahan dalam mempersepsi sesuatu. Dalam psikologi sosial, individu sering mengalami kesalahan dalam mempersepsi sesuatu yang mengakibatkan terjadinya kesalahan pula dalam kognisi sosial. B. Kritik dan Saran Dengan berakhirnya makalah ini, pasti adalah kekurangan karena penyusun jugalah manusia biasa. Mungkin dari pembahasan belum bisa dibahas secara terperinci dari makalah ini untuk menjawab rumusan masalah tersebut. Oleh karenannya, penyusun sangat mengharapkan kritik yang membangun pastinya dan saran untuk penyusun agar lebih baik lagi untuk mengerjakan makalah-makalah selanjutnya.   DAFTAR PUSTAKA Wirawan.sarlito, 2002. Psikologi Sosial, Jakarta:Balai pustaka Wirawan E.Henny, 1998.Buku ajar Psikologi Sosial 1,Jakarta:UPT Penerbit http://widyanto-kepli.blogspot.com/2012/05/tugas-bimbingandan-konseling-sosial.html http://arlieani.blogspot.com/2013/06/makalah-kognisi-sosial-psikologi-sosial.html Bimo walgito. 1978.Psikologi social. Yogyakarta : andi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar